Wednesday, January 13, 2010

Indonesia Raya

Pasal 36B UUD 1945 menyatakan lagu Kebangsaan Republik Indonesia adalah Indonesia Raya. Lagu Indonesia Raya ditulis dan diciptakan oleh Wage Rudolf Soepratman. Ketika mempublikasikan Indonesia Raya tahun 1928, Wage Rudolf Soepratman dengan jelas menuliskan “lagu kebangsaan” di bawah judul Indonesia Raya. Teks lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali oleh suratkabar Sin Po.

Setelah dikumandangkan tahun 1928, pemerintah kolonial Hindia Belanda segera melarang penyebutan lagu kebangsaan bagi Indonesia Raya. Meskipun demikian, para pemuda tidak gentar. Mereka ikuti lagu itu dengan mengucapkan “Mulia, Mulia!”, bukan “Merdeka, Merdeka!” pada refrein. Akan tetapi, tetap saja mereka menganggap lagu itu sebagai lagu kebangsaan. Selanjutnya lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan pada setiap rapat partai-partai politik. Setelah Indonesia merdeka, lagu itu ditetapkan sebagai lagu Kebangsaan perlambang persatuan bangsa.

Sebagai lagu kebangsaan, Presiden Soekarno mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1958 dengan ringkasan isinya sebagai berikut:

Pasal 5 PP 44/1958, Lagu Kebangsaaan (Indonesia Raya) dilarang untuk:

  1. Menggunakan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya untuk reklame dalam bentuk apapun juga.
  2. Menggunakan bagian-bagian daripada Lagu Kebangsaan dalam gubahan yang tidak sesuai dengan kedudukan Lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan.

Pada Bab V PP 44/1958 tentang Tata Tertib dalam Penggunaan Lagu Kebangsaan, khususnya Pasal 8, disebutkan:

  1. Lagu Kebangsaan tidak boleh diperdengarkan/dinyanyikan pada waktu dan tempat menurut sesuka-sukanya sendiri.
  2. Lagu Kebangsaan tidak boleh diperdengarkan dan/atau dinyanyikan dengan nada-nada, irama, iringan, kata-kata dan gubahan-gubahan lain daripada yang tertera dalam lampiran-lampiran Peraturan ini.

Pada Bab V PP 44/1958 tentang Tata Tertib dalam Penggunaan Lagu Kebangsaan, khususnya Pasal 9, disebutkan:

Pada waktu Lagu Kebangsaan diperdengar/dinyanyikan pada kesempatan-kesempatan yang dimaksud dalam peraturan ini [red. acara resmi, penaikan/penurunan bendera, menghormati kepala negara], maka orang yang hadir berdiri tegak ditempat masing-masing. Mereka yang berpakaian seragam dari sesuatu organisani member hormat dengan cara telah ditetapkan untuk organisasi itu. Mereka yang tidak berpakaian seragam, memberi hormat dengan meluruskan lengan kebawah dan meletak tapan tangan dengan jari-jari rapat pada paha, sedang penutup kepala harus dibuka, kecuali kopiah, ikat kepala sorban dan kudung atau topi wanita yang dipakai menurut agama atau adat-kebiasaan.

No comments:

Post a Comment