Anggrek merupakan salah satu family tumbuhan berbunga yang memiliki keragaman spesies yang sangat banyak, yaitu berkisar 20.000-35.000 spesies. Dengan sekitar 5000 spesies anggrek yang dimiliki, maka Indonesia diyakini sebagai negara dengan keragaman anggrek terbanyak di dunia. Bahkan banyak bukti ilmiah bahwa Indonesia masih menyimpan keanekaragaman anggrek yang belum terungkap di dunia ilmu pengetahuan. Salah satu contoh signifikan yaitu pada tahun 2008 yang lalu, seorang taksonom dari Eropa telah mempublikasikan deskripsi 32 spesies baru anggrek dari Sulawesi.
Kemudian pada bulan Juni 2009 juga telah dideskripsikan spesies baru anggrek dari NTT dengan nama Dendrobium floresianum Metusala & P.O’Byrne. Hampir setiap tahun muncul publikasi ilmiah deskripsi spesies anggrek baru dari kawasan Indonesia. Akan tetapi hal ini sangat kontras dengan minimnya penelitian dasar taksonomi anggrek oleh negara Indonesia untuk menguak keragaman anggrek yang masih tersimpan di belantara nusantara. Jumlah peneliti taksonomi anggrek di Indonesia masih sangat sedikit sekali bila dibandingkan dengan obyek anggrek alam yang ada, apalagi regenerasinya juga tergolong lambat.
Mungkin juga ini karena anak-anak muda mengangap taksonomi sebagai hal yang kurang populis dan prospektif. Sangat dilematis apabila kita sebagai negara dengan kekayaan anggrek terbanyak didunia namun kontribusi bangsa ini terhadap ilmu pengetahuan anggrek di dunia Internasional masih sangat minim, malah ilmu pengetahuan bidang anggrek lebih banyak dikuasai negara-negara Eropa seperti Inggris dan Belanda yang notabene keragaman anggrek alamnya jauh lebih sedikit. Sudah saatnya para taksonom muda dari Indonesia muncul untuk mewakili Indonesia didunia ilmiah Internasional.
Spesies baru anggrek dari Papua ini diberi nama Dipodium brevilabium D.Metusala & P.O’Byrne. Penemuan anggrek ini menjadi salah satu bukti ilmiah bahwa Indonesia masih menyimpan keragaman hayati yang belum terungkap. Penemuan ini telah dipublikasikan di jurnal Internasional Orchid Review di Inggris pada bulan September 2009. Publikasi ini akan menjadi acuan oleh peneliti maupun masyarakat seluruh dunia yang berkepentingan untuk mengidentifikasi spesies baru ini. Penelitian untuk mendeskripsikan anggrek ini telah dilakukan sejak awal tahun 2008. Genus Dipodium sp memiliki sekitar 25 spesies yang tersebar dari Indo-China, kawasan Malesia hingga Australia dan kepulauan Pasific Barat.
Kemudian pada bulan Juni 2009 juga telah dideskripsikan spesies baru anggrek dari NTT dengan nama Dendrobium floresianum Metusala & P.O’Byrne. Hampir setiap tahun muncul publikasi ilmiah deskripsi spesies anggrek baru dari kawasan Indonesia. Akan tetapi hal ini sangat kontras dengan minimnya penelitian dasar taksonomi anggrek oleh negara Indonesia untuk menguak keragaman anggrek yang masih tersimpan di belantara nusantara. Jumlah peneliti taksonomi anggrek di Indonesia masih sangat sedikit sekali bila dibandingkan dengan obyek anggrek alam yang ada, apalagi regenerasinya juga tergolong lambat.
Mungkin juga ini karena anak-anak muda mengangap taksonomi sebagai hal yang kurang populis dan prospektif. Sangat dilematis apabila kita sebagai negara dengan kekayaan anggrek terbanyak didunia namun kontribusi bangsa ini terhadap ilmu pengetahuan anggrek di dunia Internasional masih sangat minim, malah ilmu pengetahuan bidang anggrek lebih banyak dikuasai negara-negara Eropa seperti Inggris dan Belanda yang notabene keragaman anggrek alamnya jauh lebih sedikit. Sudah saatnya para taksonom muda dari Indonesia muncul untuk mewakili Indonesia didunia ilmiah Internasional.
Spesies baru anggrek dari Papua ini diberi nama Dipodium brevilabium D.Metusala & P.O’Byrne. Penemuan anggrek ini menjadi salah satu bukti ilmiah bahwa Indonesia masih menyimpan keragaman hayati yang belum terungkap. Penemuan ini telah dipublikasikan di jurnal Internasional Orchid Review di Inggris pada bulan September 2009. Publikasi ini akan menjadi acuan oleh peneliti maupun masyarakat seluruh dunia yang berkepentingan untuk mengidentifikasi spesies baru ini. Penelitian untuk mendeskripsikan anggrek ini telah dilakukan sejak awal tahun 2008. Genus Dipodium sp memiliki sekitar 25 spesies yang tersebar dari Indo-China, kawasan Malesia hingga Australia dan kepulauan Pasific Barat.
sumber : klik disini
No comments:
Post a Comment