Tuesday, May 11, 2010

Sejarah Thomas CUP

Share/Bookmark

PIALA Thomas merupakan turnamen paling bergengsi di ajang bulu tangkis beregu putra. Penghargaan ini berawal dari inisiatif Sir George Alan Thomas yang menyumbang piala tersebut untuk kejuaraan bulu tangkis internasional beregu putra.

Sebenarnya, Sir George Alan Thomas adalah seorang petenis dan pecatur. Namun, dia mengubah haluan untuk terjun ke dunia bulutangkis.

Setelah "bosan" menekuni dua olahraga tersebut, Thomas pindah haluan ke olahraga tepok bulu. Dia menjadi pebulu tangkis tersukses di All England Open Badminton Championships dengan 21 gelar pada rentang waktu 1906-1928.

Dari total jumlah itu, empat titel didapatkan pada tunggal putra, sembilan dari ganda putra, dan delapan di antaranya ia dapatkan pada ganda campuran. Thomas juga merupakan presiden pertama di IBF (International Badminton Federation).

Setelah gantung raket, Thomas ingin memberikan sesuatu yang lebih berarti bagi dunia bulu tangkis. Karena itu, dia memprakarsai dimulainya Piala Thomas pada tahun 1949. Turnamen ini menjadi sebuah kompetisi kejuaraan tim putra yang diperebutkan atlet dunia--mirip dengan Piala Davis di tenis.

Awalnya, Piala Thomas diperebutkan setiap tiga tahun sekali. Akan tetapi, sejak tahun 1982, kejuaraan internasional beregu putra itu diselenggarakan setiap dua tahun.

Piala yang diperebutkan di ajang ini dibuat oleh pengrajin perak bernama Atkin Bros yang hidup di London. Piala setinggi 28 inci itu terdiri dari pilar, mangkuk, dan penutup mangkuk. Di atas penutup mangkuk terdapat model pemain bulu tangkis. Di balik mangkuk dan pilarnya, terdapat nama pemenang.

Dari tahun 1949 hingga 2008, Indonesia tercatat telah merebut Piala Thomas sebanyak 13 kali (1958, 1961, 1964, 1970, 1973, 1976, 1979, 1984, 1994, 1996, 1998, 2000, 2002). Pada tahun 1994, Piala Uber dan Thomas berhasil dikawinkan Indonesia.

Tahun 2008, Indonesia yang menjadi tuan rumah gagal mewujudkan impiannya untuk membawa pulang piala tersebut. Perjuangan pasukan Merah Putih di hadapan publiknya tak berbuah manis, karena langkahnya terjegal di semifinal setelah menyerah dari Korea Selatan. Tahun tersebut, China lagi-lagi menunjukkan superioritasnya dengan kembali membawa pulang trofi itu ke negaranya setelah menaklukkan Korsel di final.

Nah, tahun 2010 ini Indonesia kembali mengais asa untuk mengakhiri paceklik gelar yang melanda Tanah Air sejak 2002. Meskipun sulit, tetapi "Pasukan Garuda" tetap punya peluang untuk mengakhiri dominasi China, yang tetap jadi favorit untuk memenangkan Piala Thomas 2010 di Kuala Lumpur, Malaysia. Semoga!

(sumbr : KOmpas)

No comments:

Post a Comment