Friday, June 18, 2010

menuju masyarakat madani

Share/Bookmark




Suasana kondusif yang berupa stabilitas keamanan dan sejuknya suhu politik, berkat berurat-berakarnya rasa persatuan dan kesatuan, adalah modal dasar bagi Rasulullah untuk membawa negara dan masyarakat menuju kesejahteraan.
Menuju Cita-cita Masyarakat Madani

Tiada pernah cukup untaian kalimat dan kata untuk menuturkan nikmat dan rahmat Allah SWT. Tiada pernah tersedia cukup tinta untuk menuliskannya. Dan tiada deretan angka dapat menghitungnya sementara itu nikmat-Nya terus akan bertambah dan tercurah melimpah, lebih banyak dari permintaan yang dimohonkan para hamba.

Sebagaimana dilukiskan melalui firman-Nya yang berarti; Dia telah memberikan segala yang kamu mohon kepada-Nya, dan jika kamu ingin menghitung nikmat Allah, niscaya tidaklah mungkin kamu dapat menghitungnya, sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).(QS Ibrahim;34)

Oleh sebab itu, marilah kita senantiasa dan tidak sedetikpun alpa untuk mensyukuri semua nikmat Allah, yang telah dan terus akan tercurah melimpah, termasuk nikmat terselenggaranya pertemuan akbar malam ini, dalam acara peringatan Maulid Nabi Besar Junjungan Alam, Muhammad Rasulullah SAW. Jasa dan ketulusan serta kegigihan perjuangan beliau senantiasa kita ingat dengan ucapan shalawat teriring salam, allahuma salli?ala sayyidina Muhammad wa?ala alihi wa ashabihi ajma?in.

Semoga dengan sikap dan perilaku mau serta ikhlas bersyukur, nikmat dan rahmat Allah senantiasa bertambah dan kita terhindar dari ancaman siksa-Nya. Seperti janji dan ancaman-Nya yang tertuang di dalam Alquran Surat Ibrahim ayat 7
yang berbunyi; Ingatlah, tatkala Tuhanmu memaklumkan; sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Kami akan menambah nikmat untukmu, tetapi jika kamu ingkar, maka sesungguhnya azabKu amat pedih.

Peringatan ini sangat penting artinya untuk dilakukan, bukan dimaksudkan untuk mendewa kultus-individualkan
Rasulullah SAW sebagai manusia. Melainkan karena kita menyadari ada seribu warisan contoh teladan dari kepribadian dan perjalanan hidup insan kamil atau manusia paripurna ini, yang dapat seyogyanya dijadikan pedoman dalam mengisi dan mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Memang demikian seharusnya kita lakukan, menjadi Rasulullah SAW sebagai panutan dan teladan, sebagaimana Allah SWT telah berfirman yang artinya; Sungguh pada diri Rasulullah itu terdapat contoh-teladan yang baik bagi kalian, yakni bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan Hari Akhir, serta banyak mengingat Allah.(Al-Ahzab;21)

Bila niat tulus telah tertanam di dalam dada, maka kemungkinan mencontoh-teladani manusia paling ideal ini niscaya
akan terbuka. Semua kepribadian dan lika-liku kehidupan beliau tercatat dalam rekaman sejarah, dari kelahiran sampai akhir hayatnya. Tidak ada manusia yang catatan hidupnya selengkap dan sesempurna Muhammad Rasulullah SAW,
dan insya Allah akan tetap terpelihara sepanjang umur dunia fana.

Dari awal perjuangan menyampaikan agama Allah di kampung halamannya, Kota Makkah, Rasulullah SAW sungguh sebagai sosok pejuang sejati, tidak minder oleh celaan orang-orang yang belum siap menerima kebenaran, tidak gentar
oleh ancaman dan selalu sabar menghadapi segala penderitaan. Setapak pantang mundur ke belakang, perjuangan dan usaha terus beliau lakukan. Walau penerima ajakan dakwahnya tidak seimbang dengan risiko yang menghadang.
Namun perjuangan melelahkan yang sarat penderitaan ini beliau lakukan dengan penuh kesabaran, karena tujuannya bukan untuk kepentingan diri pribadi, melainkan untuk misi menyebarkan rahmat bagi seluruh isi dunia ini. Sesuai
dengan firman Allah yang artinya; Dan Kami tidak mengurus kamu (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.(QS Al-Anbiya;107)

Kegigihan perjuangan Rasulullah, ketegarannya melintasi berbagai rintangan, dan ketabahan beliau menghadapi penderitaan, telah teruji sudah. Pertolongan Allah segera menjelang, suasana kondusif akan datang, potret keberhasilan sudah terbayang, ketika beliau mengikuti perintah Ilahiyah untuk berhijrah ke Madinah, setelah kurang lebih 13 tahun berjuang berselimut duka di Kota Makkah tempat kelahirannya.

Berbeda dengan suasana ketika berada di Makkah, di Madinah Rasulullah SAW tidak lagi semata-mata sebagai Nabi pemimpin spiritual, melainkan sekaligus sebagai pemimpin sosial. Tidak seperti di Makkah, di kota Hijrah ini Rasulullah segera memegang kekuasaan politik yang memiliki legalitas yang diakui dan ditaati oleh penduduk Madinah, yang
berlatar belakang ragam budaya, etnis dan agama.

Kota tempat hijrah yang semula bernama Yastrib, oleh Rasulullah segera diganti dengan nama Madinah. Sesuai
dengan arti kebahasannya, di balik nama Madinah ini, tersirat tekad dan cita-cita beliau untuk membangun negara dan rakyat yang berperadaban dan berbudaya.

Negara Madinah yang dibangun dan dipimpin oleh Rasulullah SAW, demikian tercatat dalam sejarah, segera berkembang sebagai negara yang aman, adil dan makmur; yang sampai sekarang tetap menjadi referensi negara modern dengan program membangun masyarakat madani atau civil society.

Kunci sukses Rasulullah dalam membangun sebuah negara dengan karakter masyarakat madani tersebut, amat penting direnungkan untuk dicontoh dan teladani dan diaplikasikan dalam konteks kekinian negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta.

Ketika kekuasaan politik diamanatkan kepada beliau, maka langkah pembangunan yang dilakukan oleh Rasulullah yang pertama dan utama, adalah membangun komunikasi nationhood dalam persatuan dan kesatuan. Kaum Anshar, sebagai penduduk tempatan, dipersaudarakan dengan kaum Muhajirin yang rela berhijrah meninggalkan kampung halaman
dengan hanya bermodal iman. Warga Madinah yang majemuk-pluralistik, dengan latar belakang multi etnis dan agama, dipersatukan di bawah visi dan misi untuk mencapai kepentingan bersama sebagai satu bangsa dan negara.

Dengan persatuan dan kesatuan, masyarakat Madinah di bawah kepemimpinan Rasulullah telah memperlihatkan diri sebagai masyarakat yang hidup dalam suasana kebhinekaan, mendahulukan kepentingan nasional di depan
kepentingan sektarian, mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan kelompok dan golongan. Kekayaan pluralisme atau heterogenitas masyarakat Madinah, telah terbuhul kuat oleh semangat kebersamaan, menjadi kekuatan sinerjik untuk meraih keberhasilan pembangunan di berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.

Demikian, masyarakat Madinah yang semula terkotak-kotak dalam lingkaran primordial sempit, kini semuanya bersatu dan bernaung di bawah payung negara Madinah, dipimpin oleh seorang kepala negara yang mencintai dan dicintai oleh
rakyatnya.

Persatuan dan kesatuan, tidak disangksikan lagi, adalah prasyarat atau keniscayaan mutlak bagi kelancaran dan keberhasilan pembangunan suatu bansa. Adalah suatu kebenaran, bahwa tidak ada bangsa dan negara di dunia ini dapat tegak kokoh dan mampu memacu derap pembangunan, tanpa persatuan dan kesatuan.

Suasana kondusif yang berupa stabilitas keamanan dan sejuknya suhu politik, berkat berurat-berakarnya rasa persatuan dan kesatuan, adalah modal dasar bagi Rasulullah untuk membawa negara dan masyarakat menuju kesejahteraan.

Warga Madinah terus berupaya meningkatkan aktivitas ekonomi dengan etos kerja yang tinggi. Ibadah dan kerja adalah dua jenis aktivitas ukhrawi dan duniawi yang menghiasi hari-hari mereka silih berganti. Beribadah adalah kewajiban
vertikal dan bekerja adalah kewajiban horizontal. Allah, misalnya menyebut ibadah salat paralel dengan perintah bekerja mencari rezeki, seperti tersurat di dalam surat Al-Jumu?ah ayat 1 yang berarti Apabila shalat telah ditunaikan, maka menyebarlah kalian di muka bumi, dan carilah karinua (rezki) Allah, dan ingatlah Allah sebanyak mungkin, agar kalian menjadi orang-orang yang beruntung.

Usaha dan kerja keras muslimin, umat dan sahabat Rasulullah SAW, telah berhasil dengan gemilang. Dalam waktu
yang relatif singkat, ekonomi mereka berkembang dan meningkat. Kurang lebih satu tahun usai negara Madinah, umat
Islam, termasuk kaum Muhajirin yang datang tanpa membawa harta, kini telah mempunyai penghasilan lebih dari sekadar memenuhi keperluan hidup konsumtif, melainkan sudah mampu untuk memberi dan mengembangkan usaha produktif.

Sebagaimana diketahui, pada awal tahun kedua Hijrah, Allah SWT sudah mewajibkan muslimin menunaikan ibadah zakat. Tentu saja, ibadah zakat diwajibkan oleh Allah hanya kepada para hamba-Nya yang telah hidup di atas garis kemiskinan.

Sejuknya kondisi sosial-politik dan sejahteranya kehidupan ekonomi negara Madinah, karena ditopang oleh pilar
keadilan. Keadilan adalah syarat dan ciri lain yang mesti dimiliki oleh suatu bangsa dan negara yang ingin maju sebagai bangsa berperadaban dan berbudaya.

Visi dan misi keadilan inilah yang inilah yang sangat menonjol dan menjadi salah satu prioritas kebijakan politik
Rasulullah SAW di dalam memimpin dan membangun negara. Apa yang dewasa ini dibahasa-populerkan dengan istilah supremasi hukum, oleh Rasulullah SAW telah dicontoh-praktikkan sejak empat belas abad silam.

Di dalam sebuah hadits, diriwayatkan kasus seorang wanita keturunan bangsawan yang melakukan tindak pencurian. Sebagian sahabat berharap, karena mempertimbangkan status sosialnya, agar wanita ini tidak diberi sanksi atau cukup diberi hukuman ringan. Seorang sahabat dekat dan kesayangan Rasulullah SAW, Usamah bin Zaid menghadap beliau dengan kalimat tersusun rapi disampaikan dengan bahasa lembut memohon amnesti. Namun dengan bahasa yang lebih lembut tetapi sangat tajam, Rasulullah SAW menjawab seraya bersabda yang artinya; Sesungguhnya bangsa-bangsa sebelum kalian telah hancur, karena kalau ada orang terhormat yang mencuri, maka mereka biarkan begitu saja. Tetapi kalau yang mencuri itu rakyat kecil, maka hukuman berat pasti mereka kenakan. Demi Allah, seandainya Fatimah putri Muhammad mencuri, niscaya aku sendiri yang akan memotong tangannya.(HR Bukhari).

Keadilan adalah misi Ilahiyah dan merupakan rukun yang paling azasi bagi kehidupan sosial politik, yang harus diberlakukan oleh dan diberikan kepada seluruh umat manusia. Di dalam Alquran tidak sedikit ayat yang menyuruh kita
untuk berbuat adil, tanpa pandang bulu, bebas dari suasana batin suka atau tidak suka. Allah SWT berfirman yang artinya Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu golongan, mendoorng kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kami kerjakan.(QS.Al-Maidah;8).

Prinsip keadilan yang mengaktual dalam konteks penegakan supremasi hukum, sungguh mempunyai korelasi signifikan bagi terwujudnya kesejahteraan suatu bangsa dan negara. Telah terbukti secara empiris, bahwa negara-negara yang
peduli terhadap keadilan dan supremasi hukum, relatif kehidupan ekonominya akan berkembang ke arah yang lebih
baik. Sebaliknya, negara-negara yang kurang menghormati wibawa hukum, dapat diprediksi akan kehilangan sebagian potensi ekonomi yang menjadi impian kesejahteraan bangsa dan rakyatnya.

Di balik sukses gemilang Rasulullah membangun negara Madinah dengan karakter Madinah-nya tersebut, sesungguhnya terhampar landasan pacu yang kokoh dan sangat substansial, yaitu landasan iman dan takwa. Prinsip persaudaraan dan persatuan dan kemajemukan, persamaan dan kesetaraan dalam perbedaan, keseimbangan dan
saling pengertian dalam keanekaragaman, keadilan sosial politik dalam segala kebijakan, dan keadilan ekonomi dalam pendistribusian, serta kemauan dan ketegasan dalam penegakan supremasi hukum, pada hakikatnya adalah aktualisasi dari pancaran cahaya iman dan takwa.

Ketika segala upaya pembangunan atas dasar keadilan telah dilakukan, nilai-nilai iman dan takwa dijadikan pedoman, niscaya ridha dan janji Allah tentang kesejahteraan akan terwujud bagi bangsa ini. Allah berfirman yang artinya
Sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa niscaya akan Kami turunkan bagi mereka bermacam berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.(QS. Al-A?raf:96).

Maulid atau kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW telah kita peringati malam ini. Semoga kebijaksanaan dan strategi beliau, terutama dalam konteks membangun negara, dapat kita teladani. Dengan persatuan dan kesatuan kita pertahankan NKRI; dengan stabilitas keamanan dan keharmonisan politik, kita bangun kehidupan ekonomi; dengan keadilan dan supremasi hukum yang ditegakkan, kita gapai cita-cita masyarakat madani, suatu masyarakat
berperadaban, berbudaya serta memiliki kualitas hidup dan kehidupan yang tinggi, tetapi tidak pernah terlepas dari
ikatan bingkai agama, seperti tertuang dalam Sila Pertama dari Dasar Negara Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa.

Mudah-mudahan negara dan bangsa kita Indonesia tetap dalam suasana aman dan damai, adil dan makmur, gemah ripah loh jinawi, baldatun thayyibatun warabbun ghafur.

Lancang Kuning belayar malam menuju samudera tiada bertepi Sungguh agung dan mulia Nabi Muhammad SAW, Ajaran dan teladan beliau haruslah diikuti

Pekanbaru kota bertuah Jakarta kota beriman Bila ada keliru dan salah Mohon kiranya dapat dimaafkan

HM Rusli Zainal, Gubernur Riau. Pidato HM Rusli Zainal pada Peringatan Maulid Nabi SAW di Istana Negara, Jakarta,
12 Rabiul Awal 1425 H/ 1 Mei 2004.

No comments:

Post a Comment